Kamis, 30 Desember 2010

Kumpulan Puisi LIza Martha

Makna waktu...
Perenung alam segala bakti
 Satu tujuan berjuta langkah beribu cara...
Mematikan, mengerikan bagi jiwa-jiwa yang nyaris mati...
Memilih taruhan nyawa...
Benamkan kampak-kampak duka, belatih keji..
Hanyut dalam mata yang tak berkelopak menjadi perih...
Saat perenungan itu....
Aku tidak paham tentang waktu...
Kata orang yang paling akrab dengannya buku usang
(27 November 2010)
Tuan Negeri itu..
Hamparan nan sunyi artikan satu detik waktu dari kumpulan jutaan masa...
Dahulu tak tertulis sedikitpun dari kitap siang yang aktif sembunyikan malam...
Dan malampun setia lindungi teriakan siang..
Buhul-buhul kelambu tanah
Cerita tiap langkah ukiran kaki yang bingung
 Lantaran jejak siapa?
Hamparan sunyi hakimi setiap cela tanpa suap
Sembunyi dua alam atas sayap-sayap suratan semesta..
Teringat rindu para dermawan,
Penyumbang air mata kala bersama...
Bergelimang parfum duka untuk teruskan sampai kesini..
Di atas hamparan sunyi,
Terpancang kokoh nama-nama tuan negeri
Negeri sejati bagi tiap penikmat nyawa...
(20 Desember 2010)
Tarian Keabadian
Di batu itu,
Telah kita ukir baris cerita bathin...
Yang bertema keajaiban tarian cinta
Tema yang tak terbatas oleh benteng keabadian...
Menghidupkan kembali tulisan senja,
Yang hampir hilang di telan malam...
(29 November 2010)
Keajaiban Subuh
Diam-diam subuh tawarkan satu keagungan
Bumi jiwa dalam pelukan kasih
Hidupkan asa yang tak terdeteksi itu...
Berlaut jingga di pucuk-pucuk mimpi
Tunjukkan bayang-bayang pipit kembangkan sayap..
Di bawah kedamaian langit cinta...
Hujan senyum sejukkan rasa dalam tiap-tiap sudut dimensi kehidupan...
Remang-ramang warna subuh mulai memudar...
Tampak di sana maha sempurnah penciptaanNya...
Subhanallah....
(13 Desember 2010)
Sang Desainer
Tancapkan tongkat juang sebagai pancang tali-tali itu...
Ada sedetik masa, taklukkan serpihan bambu...
Adalah keping jutaan dari penyusun tugu yang kokoh...
Kelak menjadi simbol kenangan yang kekal
Satuan sekon dapat maknai misteri-misteri adanya desainer tugu itu...
Ialah terlahir dari sejuta kenikmatan dan kepercayaan
Dengan tangan halus ia tumbuh,
Karena ia kan menjadi seniman jiwa di Negeri ini....
Teramat hebat pemutar waktu...
Puzle-puzle kemaren belum tesusun rapi...
Mata yang baru saja tertidur…
Gamang memandang keluar jendela
 Mentari itu telah tinggi...
Kupu-kupupun mulai terbang tinggalkan taman...

Teringat kembali sang desainer...
Siapkan tugu itu....
(04 Desember 2010)
Keindahan Semu
Geluti diri, karena tubuh ini mulai melemah...
Hancurkan tiap pemanis rasa gunda yang sungguh mengganas..
Bukan bisa ular yang mematikan...
Tapi racun hati yang kacaukan asa...
Dengar cerita tentang sebongkah pualam jingga yang indah lagi kokoh
Hanya dengan keyakinan kuatkan impian,
Penyusun tebing nan curam...
Dan taukah?
Ia hanya sekedar ciptakan senyum keindahan yang terjaga...
(06 Desember 2010)
Senyum Luka
Gila sadar di ujung senyumku
Menguak tanya....
Tanpa kalimat,
Sebab bukan rangkaian kata biasa...
Ku sanjung agar...
Hilangkan badai-badai senja itu...
Sembunyikan makna tiap dimensi bentuk
Maya atau nyata..
Ubah deruh mimpi seorang gadis
Warna langit di kuncup-kuncup mawar
Memudar malu
Mata faset berkeliling hirup kiriman angin syurga
Tanpa kenal keangkuhan
Seperti ulat daun pemangsa rindu
Sajak-sajak rumit pada senyumku....
Kirimkan salam perih untuk kuncup-kuncup mawar itu....
Gugah duri-duri tangkai yang telah lukai bunga-bunga taman....
(21 Desember 2010)

Selasa, 18 Mei 2010

Jihad Di Jalan Allah...

Suatu ketika sahabat bertanya kepada Rasulullah,ya Rasulullah, apakah amalan yang paling utama bagi seorang muslim? Rasulullah menjawab, Birul Walidaiin. di lain waktu dan kesempatan sahabat bertanya lagi dan Rasulullahpun menjawab,sholat tepat pada waktunya. Di lain kesempatan sahabat bertanya lagi kepada Rasulullah, dan beliaupun kembali menjawab, Qiyamullail.. Lalu timbul pertanyaan, kenapa RAsulullah menjawabnya berbeda-beda? kenapa Rasululllah tidak menjawab Birul Walidaiin saja? Atau Sholat tepat waktu saja? atau Qiyamulail saja
Ada pesan penting yang ingin di ajarkan oleh sang Kekasih Allah itu kepada Kita, yakni beramal sesuai dengan kondisi saat ini, maka itu akan menjadi amalan yang paling utama bagi seorang muslim..
Wahai para jundullah, kita lihat kondisi kita hari ini, kita dalam keadaan berperang. Jika saudara kita di palestina berperang melawan peluru para yahudi laknatullah...maka kita berperang melawan atribut dari para competitor penguasa tiran...jika saudara kita di PAlestina berperang melawan tembakan para musuh Allah yahudi laknatullah,maka kita disini hanya berperang melawan ideologi para calon penguasa yang ujung-ujungnya akan merugikan rakyat kecil...inilah Jihad wahai saudaraku...kenapa kita merindukan syahid di negeri palestina, namun tidak sanggup berjuang di negeri sendiri?pantaskah syahid itu ditangan kita?
Wahai para kader dakwah yang mengaku tentara Allah, Tidakkah kita rindu melihat negeri kita ini dipimpin oleh seorang pemimpin yang amanah? Oleh seorang pemimpin yang bijaksana? Oleh seorang pemimpin yang adil Insya Allah? Kaum miskin tersantuni.. Para janda tersejahterakan.. Para gelandangan terpelihara. karena zakat terkelolah dengan baik..
Wahai para mujahid dan mujahidah.. Jika kita ingin membebaskan Al-Aqsha, maka bebaskan dulu mesjin di kampung kita...jika kita ingin membebaskan Al-Aqsha, maka bebaska dulu mesjid di negeri kita tercinta... Jika kita ingin membebaskan Al-quds.. Maka bebaskan dulu negeri kita.. Baru kita bisa membebaskan Al-aqsho dan Al-quds itu... Tidakkah kita rindu, suatu saat nanti kita sholat berjamaah di imami oleh pemimpin yang adil dan bijaksana itu..???
Wahai para pejuang dakwah...tidakkah kita ingin mengambil bagian dalam proyek besar dakwah ini? Apakah kita hanya ingin menjadi penonton saja? Sedangkan saudara-saudara kita sudah berdarah-darah. Ada yang syahid di tiang listrik ketika memasang spanduk. Ada yang terjatuh dari motor karena takut terlambat sampai pada target. dan ada yang di keroyok para preman ketika memasang baliho...sementara kita? Kita masih sibuk tertawa...kita masih sibuk dengan diri sendiri? Akankah kemenangan itu menjadi milik kita? Akankah Allah menurunkan pertolongan itu kepada kita?
Ketahuilah wahai saudaraku... Tilawahmu hari, saum sunnahmu hari ini, dan qiyamullailmu hari ini, tidak berarti apa-apa jika dibandingkan dengan pahalah yang diterimah oleh saudara-saudara kita yang tengah berjuang diluar sana... Tidakkah kita malu, jika kader terbaik Dakwah yang kita banggakan itu kala?padahal ini adalah sudah pencalonan yang ke-2 kalinya bagi beliau..
jika kita kala,karena kita sudah berikhtiar.maka itu berarti takdir dari Allah, wajar wahai saudaraku...namun kalau kita kala,karena kader tidak bekerja, karena kader tidak berusaha, padahal kita banyak? Namun banyak kader yang nganggur..maka ketahuilah wahai saudaraku, itu merupakan laknat Allah... Itu merupakan murkah Allah...
Wahai orang-orang yang rindu akan kebenaran.. Untuk itu mari kita rapatkan barisan dakwah kita... Mari kita luruskan niat kita...kita sukseskan pemilihan gubernur 2010. tekatkan didalam hati kita, bahwa pasangan Irwan-MK harus menang... Harus menang.. Mari kita turun kejalan-jalan wahai akhwat... Mari kita berpencar wahai ikhwah... Karena inilah kesempatan kita untuk meraih ridha Allah... Inilah JIHAD yang sesungguhnya wahai kader dakwah...

Minggu, 21 Maret 2010

Aktivis Haroki

AKTIVIS HAROKI

“ Asslm w2 ikhwah wa akhwat fillah, kt rpat hari ini ba’da ashar di musholah kampus.. Jk pnggilan da’wah mmanggil antum, mk brsegerhlh… krn ada jannahNYA yg tngah mnunggu antum… Allahu Akbar… Tertanda KETUM LDK Ar-Ruhul Jadid. Wsslm “

Dahiku mengernyit membaca SMS yang barusan masuk. Semangat juangku menggelora… Tapi agenda lain sudah menungguku. Anak-anak privatku tengah menunggu kehadiranku. Sesaat terjadi perdebatan dalam hatiku,antara memenuhi panggilan da’wah,seperti yang dibahasakan dalam SMS itu,atau menemui anak-anak privatku… Ya… Aku bingung… Namun keduanya sama-sama penting…Tinjuku, kupukulkan ketelapak tangan kiriku… Tapi aku harus memilih… Dan akhirnya pilihanku jatuh pada menemui anak privatku… Ya… Aku mengajar privat beberapa anak-anak SD di sini… Dan kegiatan itu tidak diketahui oleh satu orang akhwatpun… Karena memang aku tidak perna bercerita kepada mereka… Kecuali Murobbyku… Beliaulah satu-satunya orang yang tahu tentang kegiatanku disini… Karena Memang hanya kepada beliaulah aku sering menceritakan tentang kesulitanku di sini… Di negeri anta baranta ini…
Besoknya dikampusku tercinta, yang merupakan ladang da’wah bagi kami, seorang ukhty menghampiriku, dan berkata,
“ Assalamu’alaikum, ukhty…!!! Ukhty, kenapa ukhty nggak datang rapat kemaren..??? Ukhty taukan agenda da’wah kita itu semakin hari semakin padat??? Tapi kenapa telah beberapa kali rapat ukhty tidak pernah datang??? Ukhty… Asal Ukhty tau, da’wah tidak butuh antum, tapi antum yang butuh da’wah… Maka aktiflah kembali ukhty… Jangan biarkan hati ukhty future begitu saja… Ukhty, ana buru-buru, mau mengantarkan surat undangan… Assalamu’alaikum…” Dia berlalu begitu saja tanpa memberikan sedikit kesempatanpun kepada ku untuk menjawab semua pertanyaan yang dilontarkanya pada ku… Tapi itu semua tidak ada gunanya, toh aku memang salah, tidak pernah menghadiri rapat satu kalipun. Kerana jadwal rapat selalu bentrok dengan jadwal aku ngajar… Aku hanya bisa menghirup nafas berat, ketika aku dinasehati oleh saudaraku tadi. Bagiku, itu adalah bukti cintanya kepada ku..
Aku kembali menelusuri koridor disepanjang kampusku tercinta… namun sebelum aku masuk lokal aku putuskan untuk mampir dulu ke sekre LDK Ar-Ruhul Jadid. Begitu aku sampai di depan pintu, aku langsung mengucapkan salam sembari menguakkan pintu. Didalam kulihat semua akhwat pada sibuk. Ada yang sibuk menggunting-gunting kertas warna, ada yang sibuk otak atik komputer mengetik surat-surat, ada yang sibuk melipat-lipat serbet… “ Wa’alaikumussalam warahmatullahi wabarokatu… Ukhty, masuk ukh, tolong Bantu ana menggunting kertas-kertas ini ukhty…” Tiba-tiba aku ragu untuk melangkah memasuki sekre. Karena 2 menit lagi perkuliahan akan dimulai di lokal, kalau aku masuk dulu, pasti akan lama. Tapi apa hak ku untuk menolak permintaan dari ukhty Rahmi?? Bukankah selama ini aku tidak perna hadir rapat?? Lalu pantaskah aku menolak permintaan itu?? Akhirnya kakiku melangkah juga memasuki sekre yang sederhana itu… Tanganku sibuk menggunting-gunting kertas warna, tetapi pikiran dan hatiku mengembara menembus dinding sekre dan memasuki ruang kelas yang tengah sibuk dengan aktivitas perkuliahan… Kosentrasiku mulai terganggu, karena perkuliahan sudah dimulai sepuluh menit yang lalu, sementara aku tidak mungkin meninggalkan pekerjaan yang begitu banyak di sekre… Lalu apa yang harus aku lakukan??
“ Liza, nggak kuliah dinda??” Tiba-tiba suara lembut kak Airah memecahkan kegundahan hatiku.. “ I…I…I ya kak..!!” jawab ku gugup. Dan kak Airah menatapku dengan penuh keheranan sembari menghentikan kegiatannya mengotak atik komputer..
“ Kuliah jam berapa ukhty??” Tanya ukhty Rahmi padaku..
“ Jam 09.45!!” jawabku pendek tanpa menghentikan kegiatanku menggunting kertas warna.. Sekilas ku lihat kak Airah melirik jam kecil yang melingkar di tanganya.. dan berkata “ Masya Allah dinda, ini uda jam 10.15 dek, dinda uda terlambat.. Ayo pergi kuliah sana…”
Aku bimbang meninggalkan pekerjaan yang menumpuk ini. Aku tidak bisa meninggalkannya.. Seperti mengetahui kebimbanganku, kemudian kak Airah berkata, “ Sudahlah dinda nggak apa-apa. Nantikan ada akhwat yang datang. Walau bagai manapun, kuliah harus nomor satu dan harus diutamakan. Jangan mengorbankan kuliah hanya gara-gara kegiatan ini. Insya Allah, sebentar lagi akan ada akhwat yang datang.” Kata kak Aira meyakinkan ku.
Subhanallah… Begitu pengertianya saudaraku… Aku jadi malu pada mereka semua.. Uda nggak pernah datang rapat, juga nggak ikut Bantu-bantu persiapan acara. Walupun ikut, itupun hanya sesaat saja. Tapi Rahman, apa yang harus aku lakukan?? Walau bagaimanapun aku harus tetap kuliah. Apa yang dikatakan kak Airah itu benar.. Kuliah lebih penting dari segalanya… Dengan berat hati akhirya ku beranjak dari tempat dudukku, sembari berkata, “ Kak, ‘afwan kak, liza nggak bisa bantu banyak kak… liza harus kuliah kak. Liza pergi dulu kak, akhwat semuanya, Assalamu’alaikum…” Aku keluar dari sekre dan buru-buru menuju lokal, karena aku sudah terlambat 30 menit. Lebih baik terlambat dari pada tidak sama sekali.
Begitu perkuliahan selesai, maka aku buru-buru menuju sekre, aku ingin merampungkan pekerjaanku yang terbengkalai tadi. Karena ba’da dzuhur nanti aku juga tidak akan bisa… Tapi diluar sudah tak ku temukan lagi sepatu Akhwat yang berjejer. Sesaat terlintas dalam benakku, untuk tetap memasuki sekre, dan melanjutkan pekerjaan yang ditugaskan pada ku tadi… Subhanallah… Luar biasa, pekerjaan yang tadi menumpuk sudah selesai di kerjakan Akhwat… Bahkan sekre sudah rapi dan bersih… tak kutemukan satupun yang tersisa…
Ah… Lagi-lagi aku tidak kebagian tugas untuk menyukseskan setiap acara yang diangkatkan oleh Lembaga Dakwah Kampusku tercinta… Lagi-lagi aku didahului oleh teman-temanku… Padahal nama ku telah terketik indah dilembaran SK yang di keluarkan oleh Ketua LDK.. Ah.. terkadang betapa malunya diri ini,ketika berjumpa dengan teman–teman sesama aktivis, tetapi apa yang harus aku lakukan?? Aku juga harus berjuang untuk mempertahankan hidup dikota kecil ini. Karena aku kuliah hanya bermodalkan nekat. Namun tidak bisa dipungkiri, bahwa betapa hati ini rindu sebenarnya untuk menjadi aktivis yang haroki.. Yang hari-harinya dipenuhi dengan agenda-agenda dakwah…acara disana, pergi kesini untuk mengurus itu, rapat dengan kaum ini, untuk membicarakan dakwah kedepannya.. sungguh, betapa ingin diri ini merasakannya… Tapi, hidup adalah pilihan.. Dan setiap pilihan yang diambil pasti ada resiko yang harus ditanggung… Ya.. Aku sudah memilih jalan hidupku, yakni memilih untuk kuliah. Padahal jika dilihat secara finansial betapa tidak mungkinnya aku bisa kuliah… kehidupan orang tua yang morat marit, dapat pagi habis petang, bahkan tidak jarang beliau tidak mendapatkan apa-apa seharian bahkan sampai berhari-hari lamanya, dan aku… aku adalah satu-satunya dari tujuh anak beliau yang sangat beruntung, aku pencatat sejarah orang pertama yang merasakan kuliah sepanjang sejarah keluarga besar kami. Aku satu-satunya dari tujuh anak beliau yang beruntung itu yang bisa merasakan bersekolah tinggi, bahkan sampai kuliah. Selebihnya, 5 orang kakak di atasku, hanya satu orang saja yang tamat SMA. Itupun bukan orang tua ku yang membiayai sekolahnya.. Selebihnya 4 orang lainnya, hanya tamatan SD dan satu adek ku yang masih kelas III MTsN. Lalu, akankah aku menyia-nyiakan kesempatan yang telah di berikan padaku untuk kuliah?? Bukankah ini adalah mimpi yang telah lama aku idam-idamkan?? Dan hari ini Dia telah mengabulkannya. Betapa tidak bersyukurnya aku, jika aku menyia-nyiakannya begitu saja. Bukankah aku nanti adalah tumpuan dari orang tua ku?? Bukankah aku adalah harapan dari saudara-saudaraku nanti?? Aku harus menjadi “pambangkik batang taranndam” dalam keluarga ku… akulah satu-satunya harapan mereka nanti… Dan aku juga harus mampu menguliahkan adik ku nantinya..
Walau begitu sulit kehidupan disini, aku yang hanya seorang wanita, harus berusaha sendiri untuk kuliah ku disini. Aku ingin sukses, maka aku yang harus berusaha sendiri, meminta kepada orang tuaku, betapa tidak sanggup diri ini meminta kepadanya. Karena untuk biaya beliau sehari-hari saja, sangat memprihatinkan sekali. Beliau sering kekurangan dari pada berkecukupan, apalah yang bisa dilakukan oleh seorang ibu janda tani??… jika tidak ada orang yang membawah beliau kesawah, alhasil tidak akan hidup api di dapur rumah kami yang sederhana itu. Lalu, apakah aku harus meminta kepada kakak-kakak ku? Yang kehidupannya tidak jauh berbedah dari kehidupan orang tua ku. Apa yang bisa dilakukan oleh orang yang hanya tamatan SD saja?? Jangankan untuk membantu ku, untuk menghidupi keluarganya saja, tidak berkecukupan... Aku memang harus berusaha sendiri disini… Dan bagiku mempertahankan kehidupanku disini dan berjuang untuk menamatkan kuliah ku yang sudah separoh jalan ini, walaupun dengan penuh keterbatasan, merupakan jihad terbesar dalam hidup ku… Aku harus berjuang sekuat tenaga untuk bisa sukses… Sehingga separoh dari waktu yang kumiliki habis untuk memperhatikan secara penuh kelanjutan dari nasibku kedepannya. Aku bisa lanjut kuliah, itu semua tergantung dari usaha yang ku lakukan hari ini.
Sehingga aku hampir-hampir, bahkan tidak ada waktu sama sekali untuk memperhatikan amanahku di LDK. Aku bukannya ingin melepaskan amanah begitu saja, aku juga ingin merintis jalan menuju misi akhirat itu, sama seperti jalan yang di rintis oleh para salafus sholeh… tapi apa yang harus aku lakukan? Amanah paling besar telah Engkau Letakkan dipundak Hamba hari ini Rabby… Sungguh betapa iri sebenarnya hati ini, ketika melihat semua kesempatan beramal di kampus ku tercinta telah diborong oleh teman-temanku sesama aktivis… Sehingga aku merasa, aku sudah tidak kebagian lagi. Aku selalu menjadi orang yang di belakang.. Aku selalu menjadi orang yang tertinggal untuk berbuat kabaikan dikampusku tercinta…
10 menit lagi azan dzuhur akan berkumandang… Aku cepat-cepat keluar dari sekre dan ke kamar mandi untuk bebrwudhu’. Karena jam 13.15 aku ada kuliah Instrument I… Tak lama setelah aku selesai berwudhu’ adzan dzuhurpun berkumandang, Sang Kekasih Sejatih telah memanggil para hambanya untuk menghadap keharibaanNYA. Aku sholat dengan Ni’matnya… Dan setelah itu aku adukan semua kegundahan yang tengah berkecamuk di dalam dada ini kepada Sang Konselor Sejatiku… Karena bagiku Dialah Sang Konselor Sejatiku… yang tidak pernah membantah semua keluhan yang aku sampaikan kepadaNYA… Dialah tempat curhat yang tidak pernah bosan mendengarkan semua pengaduan hambaNYA..
“ Ya Allah, Engkau maha tahu atas semua yang hamba rasakan.. Sesungguhnya Engkau jadi saksi Allah, ketika hati kecil hamba mengucapkan sebuah ikrar kepadaMU, bahwa hamba telah menginfakkan diri ini kepadaMu untuk dakwah…dan sampai kapanpun, sampai akhir hayat, sedikitpun hamba tidak ingin berpisah dengan jalan dakwah ini Rabby… Karena ini adalah jalan para kekasihMU… Dan hamba ingin menjadi kekasihMu… Walau hambah tau Rabby, sedikitpun hamba tidak layak untuk menjadi kekasihMu… Ampuni hamba Rabby, karena ikrar itu belum mampu hamba laksanakan sepenuhnya… Karena tidak dapat dipungkiri, kebutuhan yang mendesak telah membuat hamba menghabiskan separoh dari waktu yang hamba miliki untuk berusahah dalam rangka mempertahankan kehidupan hamba di negeri anta baranta ini… Rabby, apa yang harus hamba lakukan Rabby ?? Ya Allah dalam ketinggian asa, hamba berharap padaMU, berikan hamba kekuatan untuk menghadapi semua ini Rabby…berikan kesabaran kepada hamba dalam menghadapi semua ini Rabby… Hamba yakin pertolonganMU begitu dekat… Bahkan lebih dekat dari urat leher hamba sendiri Rabby…”
Kerongkongan ku tersumbat oleh air mata yang tertahankan… Kepalaku tiba-tiba mendadak sakit… Semua masalah berseliweran dalam benak ku… dan jantung kupun berpacu memompa darah kekepalaku… Aku seakan merasakan darah itu melewati nadiku… Dan akhirnya aku terguguh dalam tangisan yang lebih nyata… jantung kupun kembali normal, dan aku sudah bisa merasakan dadaku mulai legah…dalam hati ku bertekat aku akan ikhlas menerima semuanya… seperti apapun keadaannya… Insya Allah aku akan ikhlas menerimanya… karena walau bagaimanapun hidup merupakan anugrah terindah yang di berikan Allah kepada hambahNYA…
Di akhir konsultasiku dengan Sang Kekasih Sejati, aku kelurkan sebuah statement yang menguatkan dan memotivasi diri ku sendiri… Hal ini sering k lakukan bila aku mengalami masalah dalam hidupku… Dengan perlahan ku ucapkan dalam hati ku, “ Liza…engkau adalah orang pilihan liza… Engkau adalah orang yang di pilih langsung oleh Allah untuk mendapatkan sesuatu yang lebih pada waktunya tiba nanti… Mendidik anak-anak itu dengan penuh keikhlasan sudah merupakan dakwah besar bagimu..itu adalah ladang amal bagimu… kenapa engkau harus bersedih?? Tidakkah engkau tahu liza, bahwa jalan yang kau tempu hari ini adalah jalannya orang-orang sukses.. Jangan berkecil hati liza… Yakinlah kesuksesan tengah menunggumu liza…”
Hm…. Aku menghirup nafas dalam-dalam…. Huuuf…. Dan ku hembuskan dengan kuat… Dengan demikian, maka legalah hatiku…
“Asslm w2, ik wah wa akhwat fillah… Demi kelancaran acara kita besok, maka kita rapat hari ini ba’da ashar di gdung G, lokl di Kondsikn… khadirn antum mnntukn kbrhsilan acra kt.. TTD Ketua panitia… Wsslm”

SMS panggilan dakwah itu datang lagi… Dan lagi-lagi dempet dengan jadwal mengajar privatku… Rabby, lagi-lagi aku tidak menghadiri rapat…ini merupakan rapat yang kesekiaan kalinya… dan lagi-lagi aku tidak menghadirinya, lalu apa yang akan aku katakana kepada teman –teman aktivis lainnya?
“ Tit…Tit… Tit… “ Hp ku berbunyi, ternyata pangilan dari ukhty Yani… Dengan mengucapkan bismillah, ku angkat telfon itu..
“ Assalamu’alaikum, Ukhty….”
“wa’alaikumussalam warahmatullahi wabarokatuhu… Ukhti, dimana sekarang, kita rapat, bisa hadirkan ?” kata ukhty Yani agak cepat…
“ ‘afwan ukhty, ana gak bisa datang… Ana lagi….” Kata-kata ku tergantung, belum sampai keujungnya tetapi sudah di potong oleh ukhty Yani…
“ Ukhty… Ukhty taukan, kalau nama ukhty itu ada di dalam SK? Lalu kenapa ukhty tidak pernah hadir rapat? Apasih yang ada dalam pikiran ukhty? Ana benar –benar tidak mengerti sama ukhty !!!” Kesabaranya hancur sudah.. Kata-kata mutiara yang begitu indah keluar dari lisannya… Aku hanya bisa terdiam.. begitu juga dengan ukhty Yani..yang terdengar hanya tarikan nafas berat menahan emosi di dalam dada… Diam-diam aku beristighfar didalam hati.. Aku tahu, apapun kata-kata yang keluar dari lisan ku hari ini, pasti akan salah… Tak lama kemudian ukhty Yani memecahan keheningan di seberang sana,
“ Ukhty… Ana sangat kecewa sama ukhty… Ternyata semangat meledak-ledak yang ukhty miliki selama ini, tidak lebih hanya sekedar untuk berkoar-koar saja… Coba ukhty tadaburi lagi ayat al-quraan surat as-shof ayat 2-3… Assalamu’alaikum.” Pembicaraan itu terputus satu arah… Aku termanggu mendengarkan perkataan dari ukhti yani… Air mataku mengalir dengan derasnya.. Hatiku sedih.. Bagai di iris- iris sembilu…Kenapa aku tidak diberi kesempatan untuk menjelaskannya?? “Rabby… wanita lembut yang selama ini aku kenal,yang senantiasa dibalut dengan pakaian taqwa itu, yang bibirnya senantiasa tersenyum ketika bertemu, hari ini telah membuatku menangis..” air mataku berurai… “ Andaikan dia tahu apa yang aku lakukan, niscaya dia tidak akan sanggup berkata seperti itu padaku.. Tapi dia akan malu Rabby…” Jika aku tidak ingat, kalau aku tengah berada di depan anak-anak privatku, mungkin tangis itu akan lebih besar lagi… Aku hanya bias mengurut dada, sembari mengatakan didalam hati, “ sabar Liza, sabar…”Sebelum aku kembali melanjutkan mengajar siswa-siswa privat ku, aku menarik nafas dalam-dalam dan menghapus sisa-sisa air mata yang membekas dipipiku…
Aku berusaha berkosentrasi untuk mengajar, namun syetan telah memenuhi ruang hati dan fikiranku, sehingga perkataan ukhty Yani barusan selalu terngiang-nggiang ditelingaku… Semakin ku berusaha menghilangkannya, semakin nyata ku dengar ucapan ukhty Yani barusan…
Beberapa anak-anak privatku mulai membuat ulah untuk menarik perhatianku… Tapi hatiku sedang sakit, tengah terluka, sehingga aku tak menghiraukan seiap atraksi yang ditampilkan oleh makhluk-makhluk kecil itu… Bahkan ada beberapa dari mereka yang menatapku dengan penuh heran dan tanda Tanya.. Itu dapat ku tangkap dari tatapan mata-mata bening itu… Seolah-olah mereka menuntut penjelasan dariku…
Akhirnya aku angkat bicara juga…” Adek-adek!! Hari ini, belajar kita cukupkan sampai disini saja ya… Kakak lagi nggak enak badan…” Ya Allah satu kebohongan telah aku ucapkan pada makhluk-makhluk tidak berdosa ini… Padahal hamba bukannya tidak enak badan… Tapi yang lebih tepat adalah lagi tidak enak hati… Tapi tau apa anak-anak SD ini tentang tidak enak hati… Ya Allah ampuni hamba ya Allah… Maafkan kakak adek-adekku…. Aku berdialog dengan hatiku sendiri…
Jam 16.45 semua kegiatab privat ku sudahi… Padahal biasanya kegiatan berakhir jam 17.45 WIB. Dan diakhir kegiatan biasanya aku isi dengan cerita para sahabat dalam mencari ilmu.. Walaupun mereka bergembira ku suruh pulang cepat, namun ada beberapa dari mereka yang menanggapinya dengan kecewa… Itu dapat aku tangkap dalam tatapan matanya yang penuh tanda tanya.. mungkin kecewa dengan sikapku yang tidak seperti biasanya, atau mungkin kecewa karma tidak ada cerita yang aku ceritakan pada mereka… Tetapi yang ada justru pemandangan wajahku yang banyak masalah yang mereka saksikan.. “Sekali lagi maafkan kakak adek-adekku. Hari ini hati kak lagi kalut… Kak lagi punya banyak masalah.. Sehingga kosentrasi kak terpecah..” Aku terisak dalam diam…
Aku melirik jam di HP ku, jam baru menunjukkan pukul 16.55. Aku buru-buru keluar dan mencari ojek. Selang beberapa detik kemudian aku telah berada di atas ojek menuju mushollah kampus. Akhirnya aku sampai juga di mushollah kampus, dan didalam kulihat rapat tengah berjalan dengan khusyuknya.. Aku masuk dengan tingkah serba salah.
Aku mengikuti jalannya rapat dengan linglung. Dan aku tidak tau, entah masalah apa yang tengah dibicarakan. Aku sama sekali tidak mengerti dengan topik yang tengah mereka bicarakan… Karena memang aku tidak perna hadir rapat.. Lagi pula aku merasa segan untuk bertanya kepada akhwat yang ada disampingku. Akhirnya aku memilih diam saja.
Rabbi… Betapa rindu sebenarnya hati ini dengan suasana rapat seperti ini… Sudah sangat lama rasanya hamba meninggalkan majelis ini… Hamba tidak lagi berkumpul dengan mereka… Satu-satunya majelis yang masih hamba ikuti, hanya Halaqo yang satu kali seminggu..Itupun kehadiranku di halaqoh sering di sambut dengan tatapan penuh tanda tanya oleh teman-teman sehalaqohku… paling aku Cuma menanggapi tatapan mereka itu dengan senyuman yang tak selesai… Karena aku juga bingung ketika melihat mereka menatapku seperti itu.. Satu-satunya yang membuat aku betah dihalaqoh adalah bertemu dengan uni murabby dan mendengarkan setiap tausyiah-tausyiah yang beliau sampaikan yang mampu menyejukkan hatiku… Rabby entah apa jadinya diri ini, jika hamba juga tidak datang ke majelis kecil ini.. Mungkin jama'ah ini akan semakin jauh.. Tak terasa air mataku mengalir membentuk garis dipipi kanan kiriku.. Aku buru-buru menghapusnya, karena aku tidak mau akhwat melihatku menangis..
Jam 18.15 rapat selesai, dan ditutup dengan do'a kafaratul majelis... dengan khidmad di dalam hati ku lafazkan do'a kafaratul majelis itu, "subhanakallahumma wabihamdika asyhaduannla ila haillah anta asstaghfiruka waatubu ilaika.." Dari hasil rapat terakhir itu, aku di amanahi untuk menunggu bazar pada acara tersebut.. Aku bersyukur karena akhirnya aku kebagian tugas juga.. Ternyata aku masih di butuhkan oleh teman-temanku..

Laman

Total Tayangan Halaman


Pencarian itu dimulai dari rindo orang tua... Jika menginginkan jalan Tuhan, maka carilah ridho orang tua...

Entri Populer

About Me

Foto saya
Batusangkar, Sumatera Barat, Indonesia
Saya hanyalah seorang insan yang tengah mencari jati diri... dalam rangka memperbaiki kehambaan diri kepada sang Khalik...

Cari Blog Ini